Free-sex, sebuah terminologi modern yang dalam beberapa tahun terakhir ini semakin meresahkan. Seiring arus modernisasi, Freesex seolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari modernisasi itu sendiri.
Baik generasi muda maupun generasi tua ramai-ramai tergerus arus yang menyimpang, bahkan parahnya, mereka pun tak sungkan mempertontonkannya di depan kamera. Mereka seolah bangga dengan "hasil kreasinya" tersebut dan dengan lantang berkata :"Free-sex adalah gaya hidup modern, jika ingin dianggap modern, lakukanlah!" serta mengatakan bahwa free-sex adalah kelumrahan di jaman yang modern ini.
Keadaan ini seolah menandakan bahwa masyarakat kita tak siap menerima perubahan ke arah yang lebih modern dengan segala pengaruhnya. Sebagian masyarakat kita menelan mentah-mentah segala arus modernisasi dan segala dampak buruknya. Bukankah dulu bangsa kita adalah bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur adat ketimuran dan dilandaskan oleh ideologi Pancasila yang seharusnya dijadikan penyaring untuk menghadapi arus modernisasi?! Tanpa penyaring itulah yang akan menjadikan masyarakat menjadi lemah dan terbawa dampak negatif arus modernisasi.
Terlepas dari semua itu, mempunyai pandangan yang berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan para pelaku Free-sex. Ketika mereka berkata bahwa ini adalah gaya hidup modern, saya justru berpandangan bahwa free-sex adalah prilaku primitif di jaman batu yang lalu, dan bukan merupakan prilaku modern yang mempertimbangkan secara matang baik-buruknya suatu hal yang akan dilakukannya dengan logika dan akal sehat.
Seharusnya peradaban modern diindikasikan dari cara berpikir dengan logika dan akal sehat bukan hanya disimbolkan dengan gaya hidup yang ke barat-baratan. Inilah yang terjadi jika kuatnya arus modernisasi tak diimbangi oleh kekuatan iman dan logika yang sehat. Kuatnya iman dan logika yang sehat akan sangat membantu kita dalam memfiltrasi arus modernisasi. Kita memang tak bisa membendung kuatnya arus modernisasi, kita hanya perlu mengrahkan arusnya ke arah yang positif dan menyaringnya dengan keimanan yang kuat dan logika sehat.
0 komentar:
Posting Komentar