ISU ada transaksi mesum di lantai tiga pasar induk Wonogiri kota, sering menjadi gunjingan hangat di masyarakat. Ini menjadikan risi bagi para pedagang. Karena, isu itu bagai memberikan cap negatif tentang keberadaan lantai tiga di bangunan pasar tradisional yang konon sebagai pasar rakyat termegah di Provinsi Jateng ini.
”Wartawan jangan ‘kura-kura dalam perahu’ alias pura-pura tidak tahu,” tegas Ny Warno yang punya kenangan pahit, karena suaminya ‘kecanthol’ cewek ‘nakal’ yang dijumpai di lantai tiga pasar induk Wonogiri Kota. Dia menyatakan, suaminya bagai kena sihir, lupa istri dan anak, karena ‘gandrung’ pada cewek lantai tiga. Bahkan uang gaji pun dihabiskan sendiri, tak sampai dijatahkan pada istri, untuk biaya hidup keluarga. Juga tidak diberikan untuk ‘ragad’ (biaya) anaknya yang masih sekolah. ”Gajinya habis, diberikan cewek lantai tiga,” ujar Ny Warno meninggi.
Untuk membuktikan isu negatif yang menggoncang rumah tangga Ny Warno ini, tidaklah gampang. Karena ketika datang ke lantai tiga pasar induk Wonogiri Kota, tidaklah mudah untuk langsung menemukan cewek yang disebut-sebut dapat dibeli jasa cintanya. Terlebih lagi bagi pendatang baru, sangatlah sulit untuk menjumpainya, apalagi ingin membeli jasa layanan cintanya. Pasalnya, dia tidak semata-mata menjajakan diri layaknya pramunikmat di rumah bordil atau rumah penampungan. Sebab, cewek lantai tiga yang disebut-sebut bersikap ‘ada uang abang kusayang’ itu, tidaklah menyendiri layaknya komoditas yang dipajang di counter etalase khusus. Keberadaan mereka, menyatu dengan pedagang warung makan dan minum.
”Jangan tuduh aku cewek nakal, aku di sini membantu ‘mbakyu’ berjualan di warung,” sergah Ika. Wanita muda dengan potongan rambut pendek gaya Yuni Shara ini, mengenakan celana jeans ketat, pakai kaos tanpa lengan yang ngepres. Sehingga menampakkan lekuk tubuhnya yang terlihat sintal dibalut busananya yang terasa agak kekecilan itu.
Di lengan kiri Ika, ada tato lukisan bunga yang dipadu dengan coretan gambar abstrak. Tato itu dilukis dengan tinta merah, hitam, dan biru. Lukisan tato itu, terlihat kontras dengan warna lengannya yang kuning langsat. Wanita semampai dengan tubuh langsing ini, melengkapi dandanannya dengan lipstik warna merah jambu.
”Khabarku baik mas,” jawab Ika manja ketika disapa.
”Tapi maaf mas, sebentar ya, aku tak beli rokok dulu. Tadi aku disuruh beli rokok oleh mas-nya yang di sana itu,” ujarnya lagi sambil ngeloyor ke arah utara, sembari tangannya tak lepas bergelendot di lengan pria yang menyapanya, dan setengah menariknya untuk mengikuti jalan dia ke arah kios rokok.
Siapa Ika ? ”Itu cewek jagoannya di sini,” ujar Ina yang menunggui warung minum dan makanan kecil. Ina, mengenakan baju putih yang dipadu dengan celana jeans hitam. Di dekat dia duduk menunggui dagangannya, Ina ditemani cewek berpotongan rambut sebahu model di-rebounding karya capster salon kecantikan.
Dia mengenalkan bernama Siska. Mengenakan baju kotak-kotak dengan warna dasar kuning, dan rok pendek span berukuran di atas lutut dari bahan blue jeans butut. Sehingga sebagian kemulusan pahanya menyihir untuk dilirik lawan jenisnya, terlebih pria hidung belang. Penampilan Siska, menampakkan dandanan model cewek ‘masa kini,’yang senantiasa berusaha mengikuti trend remaja gaul.
”Kalau yang lagi nyanyi karaoke itu, sebenarnya sudah punya suami, bahkan suaminya aparat lagi. Tapi entah mengapa dia suka dolan ke lantai tiga,” ujar Wim Banung, Wakil Ketua Forum Komunikasi Pedang Lantai Tiga (FKPLT) pasar induk Wonogiri Kota.
Intan, begitu dia punya nama panggilan, merupakan wanita setengah baya yang memiliki potongan tubuh seksi. Rambutnya dipotong pendek dan disemir warna coklat pudar. Mungkin karena dia senang warna pirang yang lazimnya dimiliki wanita bule di luar negeri.
”Asal cocok, dan merasa suka sama suka, bisa saja wanita-wanita itu dipakai,” ujar Wim Banung lagi.
Pada sudut lain, ditemukan cewek langsing. Wanita muda pemilik muka bagai wajah bocah tanpa dosa ini, suka merokok sigaret filter. Dia juga suka nongkrong di lantai tiga.
Cewek yang nongkrong-nongkrong seperti itulah, yang memicu kemunculan isu negatif pada lantai tiga pasar induk Wonogiri Kota. Mereka juga sering diisukan sebagai cewek ‘cepek jing.’ Dalam bahasa Mandirin daerah di Guangxu China, ‘cepek jing’ punya arti Rp 100 ribu. Kata ‘cepek jing’ di sini, memberikan konotasi soal gambaran tarip jasa mereka, manakala mau diajak kencan menjalin cinta sesaat untuk memadamkan gejolak nafsu birahi laki-laki.
Sumber : Suara Merdeka
”Wartawan jangan ‘kura-kura dalam perahu’ alias pura-pura tidak tahu,” tegas Ny Warno yang punya kenangan pahit, karena suaminya ‘kecanthol’ cewek ‘nakal’ yang dijumpai di lantai tiga pasar induk Wonogiri Kota. Dia menyatakan, suaminya bagai kena sihir, lupa istri dan anak, karena ‘gandrung’ pada cewek lantai tiga. Bahkan uang gaji pun dihabiskan sendiri, tak sampai dijatahkan pada istri, untuk biaya hidup keluarga. Juga tidak diberikan untuk ‘ragad’ (biaya) anaknya yang masih sekolah. ”Gajinya habis, diberikan cewek lantai tiga,” ujar Ny Warno meninggi.
Untuk membuktikan isu negatif yang menggoncang rumah tangga Ny Warno ini, tidaklah gampang. Karena ketika datang ke lantai tiga pasar induk Wonogiri Kota, tidaklah mudah untuk langsung menemukan cewek yang disebut-sebut dapat dibeli jasa cintanya. Terlebih lagi bagi pendatang baru, sangatlah sulit untuk menjumpainya, apalagi ingin membeli jasa layanan cintanya. Pasalnya, dia tidak semata-mata menjajakan diri layaknya pramunikmat di rumah bordil atau rumah penampungan. Sebab, cewek lantai tiga yang disebut-sebut bersikap ‘ada uang abang kusayang’ itu, tidaklah menyendiri layaknya komoditas yang dipajang di counter etalase khusus. Keberadaan mereka, menyatu dengan pedagang warung makan dan minum.
”Jangan tuduh aku cewek nakal, aku di sini membantu ‘mbakyu’ berjualan di warung,” sergah Ika. Wanita muda dengan potongan rambut pendek gaya Yuni Shara ini, mengenakan celana jeans ketat, pakai kaos tanpa lengan yang ngepres. Sehingga menampakkan lekuk tubuhnya yang terlihat sintal dibalut busananya yang terasa agak kekecilan itu.
Di lengan kiri Ika, ada tato lukisan bunga yang dipadu dengan coretan gambar abstrak. Tato itu dilukis dengan tinta merah, hitam, dan biru. Lukisan tato itu, terlihat kontras dengan warna lengannya yang kuning langsat. Wanita semampai dengan tubuh langsing ini, melengkapi dandanannya dengan lipstik warna merah jambu.
”Khabarku baik mas,” jawab Ika manja ketika disapa.
”Tapi maaf mas, sebentar ya, aku tak beli rokok dulu. Tadi aku disuruh beli rokok oleh mas-nya yang di sana itu,” ujarnya lagi sambil ngeloyor ke arah utara, sembari tangannya tak lepas bergelendot di lengan pria yang menyapanya, dan setengah menariknya untuk mengikuti jalan dia ke arah kios rokok.
Siapa Ika ? ”Itu cewek jagoannya di sini,” ujar Ina yang menunggui warung minum dan makanan kecil. Ina, mengenakan baju putih yang dipadu dengan celana jeans hitam. Di dekat dia duduk menunggui dagangannya, Ina ditemani cewek berpotongan rambut sebahu model di-rebounding karya capster salon kecantikan.
Dia mengenalkan bernama Siska. Mengenakan baju kotak-kotak dengan warna dasar kuning, dan rok pendek span berukuran di atas lutut dari bahan blue jeans butut. Sehingga sebagian kemulusan pahanya menyihir untuk dilirik lawan jenisnya, terlebih pria hidung belang. Penampilan Siska, menampakkan dandanan model cewek ‘masa kini,’yang senantiasa berusaha mengikuti trend remaja gaul.
”Kalau yang lagi nyanyi karaoke itu, sebenarnya sudah punya suami, bahkan suaminya aparat lagi. Tapi entah mengapa dia suka dolan ke lantai tiga,” ujar Wim Banung, Wakil Ketua Forum Komunikasi Pedang Lantai Tiga (FKPLT) pasar induk Wonogiri Kota.
Intan, begitu dia punya nama panggilan, merupakan wanita setengah baya yang memiliki potongan tubuh seksi. Rambutnya dipotong pendek dan disemir warna coklat pudar. Mungkin karena dia senang warna pirang yang lazimnya dimiliki wanita bule di luar negeri.
”Asal cocok, dan merasa suka sama suka, bisa saja wanita-wanita itu dipakai,” ujar Wim Banung lagi.
Pada sudut lain, ditemukan cewek langsing. Wanita muda pemilik muka bagai wajah bocah tanpa dosa ini, suka merokok sigaret filter. Dia juga suka nongkrong di lantai tiga.
Cewek yang nongkrong-nongkrong seperti itulah, yang memicu kemunculan isu negatif pada lantai tiga pasar induk Wonogiri Kota. Mereka juga sering diisukan sebagai cewek ‘cepek jing.’ Dalam bahasa Mandirin daerah di Guangxu China, ‘cepek jing’ punya arti Rp 100 ribu. Kata ‘cepek jing’ di sini, memberikan konotasi soal gambaran tarip jasa mereka, manakala mau diajak kencan menjalin cinta sesaat untuk memadamkan gejolak nafsu birahi laki-laki.
Sumber : Suara Merdeka
0 komentar:
Posting Komentar