Tindakan yang dilakukan Densus 88 terhadap Khairul Ghozali bersama 4  orang jemaahnya saat shalat maghrib di Jalan Besar Medan-Tanjung Balai  Asahan, dinilai sebagai tindakan yang biadab tidak berperikemanusiaan.
Pernyataan  tersebut ditegaskan Adil Akhyar Al Medani, didampingi putri kandung  ustadz Ghozali, Rabbaniyah (17) kepada Sumut Pos (grup Padang-Today.Com)  Jumat (24/9) di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan Jalan Hindu Medan.
"Biadab.  Saat orang shalat dihabisi, seolah-olah negera ini bukan Negara hukum.  Dalam penyerangan biadab itu, dua orang jemaah itu tewas di tempat  akibat ditembaki Densus 88, sedangkan seorang lagi dapat melarikan diri.  Sementara itu abang saya, ustadz Ghozali itu terus dianiaya  diinjak-injak densus, namun abang saya itu tetap terus shalatnya," tegas  pemilik Pondok Pesantren Dkwah Daarul Syifaa.
Atas penyerangan  yang tidak berprikemanusiaan itu, sambung Akhyar, diharapkan agar  presiden segera meninjau dan membubarkan Densus 88 karena telah  melanggar dan bertindak diluar hukum.
"Saya minta agar presiden  SBY agar memperhatikan konfrensi pers ini.Jangan presiden hanya  mendengarkan laporan sepihak dari Kapolri BHD.Kami juga meminta pada  komisi III DPR-RI, untuk segera mngusut tuntsa kasus ini, dan segera  meninjau kembali densus 88, karena sudah tidak berprikemanusiaan," tegas  Akhyar.
Akhyar sendiri sudah mengetahui keberadaan abang  kandungnya tersebut, ustadz Ghozali yang saat ini info yang dia terima  berada di Mebes Polri.Sementara itu langkah hukum yang akan ditempuh  keluarga besar Ghozali yakni sudah melamporkan kasus ini ke Amnesty  Internasional.
"Saat ini kami sudah memberikan keterangan pada  Amnesty Internasional, laporan tersebut sudah diterjemahkan kedalam  bahasa Inggris, nah untuk keponakan saya yang masih berumur beberapa  bulan yang ditahan Polres Tanjung Balai, bersama ibunya Kartini  Panggabean, kami juga sudah melaporkan ke Komisi Perli Anak Indonesia,"  beber pria berjubah putih ini.
Akhyar juga menceritakan  selamatnya Kartini Panggabean istri dari ustadz Ghozali, karena Cici  (Kartini Panggabean red) berada di ruangan lain. "Namun usai penyerangan  tersebut tidak berapa lama datang Polres Tanjung Balai, ke kediaman  abang saya seolah-olah tidak mengetahui penyerangan tersebut.Saat itulah  Kartini Panggabean bersama anaknya yang masih berumur beberapa bulan  diboyong ke Polres, dengan alasan polisi untuk diminta keterangannya,"  terangnya.
Sementara itu salah seorang putrid ustadz Ghozali,  yakni Rabbaniyah, pelajar Kelas 2 SMA Kelas Muhammdiyah 18 Kampung  Lalang yang turut mendampingi pamannya Adil Akhyar Al Medani, di LBH  Medan Jalan Hindu Medan, berharap orangnya tuanya tersebut segera pulang  kerumah untuk berkumpul bersama keluarganya.
"Saya berhaharap  buya (ayah) pulang secepatnya untuk berkumpul bersama keluarga lagi.Saya  yakin buya tidak bersalah untuk itu saya hanya hanya bisa menyerahkan  dan berdoa pada Allah SWT," beber gadis manis berkerudung hijau ini.  Walaupun, ayahnya dicap teroris oleh Densus 88, namun Rabbaniyah tetap  percaya pada orang tuanya dan tetap bersemangat untuk bersekolah.
"Saya  berharap kasus penganiayaan buya saya dilakukan Densus 88, saat  menjalankan ibadah shalat maghrib, dapat menjadi perhatian serius dari  bapak Presiden SBY, agar polisi-polisi itu segera ditindak tegas sesuai  hukum yang berlaku," tegas Rabbaniyah.(rud)
sumber : http://www.padang-today.com/?today=news&id=21235






0 komentar:
Posting Komentar