Bank Gaib Boja merupakan salah satu wahana pesugihan dari bnyak tempat untuk mencari pesugihan lainnya yang tersebar di tanah Jawa. Baik itu di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta serta Jawa Timur. Sebut saja misalnya wahana pesugihan Tuyul Ketos di Klaten, Jawa Tengah. Ada lagi pesugihan Sendang Balong, Magetan, Jawa Timur, serta pesugihan Tuyul Sendang Pepe di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
Namun pada umumnya, tempat-tempat pesugihan selain tiga yang disebutkan di atas, tak satupun yang menghasilkan uang tuani ke hadapan para pelaku ritualnya. Bahkan, tempat seperti itu, lebih tepatnya sebagai wahana untuk mencari pelarisan. Bukan pesugihan. Kecuali pesugihan Tuyul yang harus memelihara tuyul jika ingin mendapatkan uang tunai. Tapi syaratnya tentu tidak mudah. Termasuk sarana yang harus disediakan oleh pelaku di rumah jika memelihara tuyul. Bahkan tak jarang, tuyul yang dipeliraha, tidak mau “bekerja” karena sesaji kurang atau sebab lain. Konon, tuyul memang makhluk yang senang ngambek atau mutung.
Apa yang disebut sebagai Bank Gaib Boja memang sangat berbeda dengan tempat pesugihan sesat lainnya. Di tempat ini pelaku bisa langsung mendapatkan uang tunai dalam jumlah milyaran rupiah. Tentu dengan catatan dia sukses dalam melakukan ritual.
Bank Gaib Boja persisnya berupa pepunden yang sudah sangat kuno. Jika dilihat dari fisiknya, tempat pesugihan ini hanyalah berbentuk sebuah pohon kamboja yang sudah tua. Mungkin karena itulah masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Bank Gaib Boja, atau ada juga yang menyebut sebagai Bank Gaib Punden Boja.
Secara administratif, Bank Gaib Punden Boja berada di Desa Sumber Bening, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Menurut informasi yang berhasil dihimpun Misteri, Bank Gaib Boja ini sudah banyak memiliki nasabah yang tersebar di berbagai tempat. Konon, mereka yang berhasil melakukan peminjaman uang di tempat ini bisa membawa pulang uang dalam jumlah amat besar.
“Ini bukan dongeng, Mas! Salah seorang sahabat saya sudah membuktikannya. Dia dapat pinjaman uang satu milyar lebih, dan sekarang sudah jadi juragan bakso yang kaya raya. Makanya saya dating kemari untuk mengadu nasib,” kata Sadiman, salah seorang pengunjung yang berkata tanpa ragu dan malu.
Ketika ditanya apakah dia tidak takut dengan akibatnya di kelak kemudian hari, maka jawabnya, “Saya tidak peduli, Mas! Kalau sudah mati, biarlah apapun jadinya. Yang penting saya ingin kaya. Capek jadi kere terus-terusan. Saya juga ingin membahagiakan anak dan isteri. Biarlah saya berkorban untuk mereka.”
Barangkali, memang banyak orang-orang yang berpikiran pendek dan nekad seperti Sadiman. Apalagi di tengah situasi zaman yang serba sulit seperti sekarang ini.
0 komentar:
Posting Komentar