sumber : http://melorot.blogspot.com/2011/08/jalan-raya-di-chinta-terlipat-karena.html
Kumpulan berita dan info unik terbaru
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Robot bernama James yang dikembangkan para peneliti CoTeSys dan Technische Universitat Muenchen (TUM) pergi berbelanja di sebuah toko. Setelah selesai berbelanja, ia membawa bahan-bahan makanan ke robot lain bernama Rosie yang sedang merebus air, menunggu sosis matang sebelum diletakkan di dalam mangkuk. Sementara itu, James memotong roti dan menyediakan sarapan bagi para pembuat robot.
Baik Rosie maupun James menggunakan Kinect untuk bekerja menggunakan berbagai peralatan dapur. Menurut siaran berita yang diterbitkan Technical University Munich (TUM), robot-robot tersebut dapat belajar dari kesalahan. "Kemampuan mereka terus berkembang," demikian dijelaskan oleh TUM.
Sebuah studi menunjukkan bahwa ada kemungkinan protein bernama cryptochrome muncul pada retina. Protein tersebut banyak didapati pada hewan dan tumbuhan sehingga beberapa spesies bisa menggunakan medan magnet Bumi untuk melakukan navigasi.
Elektron dalam molekul cryptochrome saling terkait. Medan magnet Bumi menyebabkan elektron bergoyang. Reaksi kimiawi untuk merespons goyangnya elektron tersebut membuat burung dapat melihat medan maget dalam warna-warni.
Para peneliti sebelumnya mengira kalah cryptochrome tidak memiliki banyak keuntungan bagi manusia sehingga tidak dapat mengenali medan magnet seperti burung. Karenanya, manusia butuh patokan atau perangkat GPS untuk mengetahui arah.
Sangkaan ini yang sepertinya harus diubah setelah para ahli saraf dari University of Massachusetts melakukan penelitian. Mereka mengambil cryptochrome dari manusia dan memberikannya pada lalat buah yang kehilangan kemampuan melihat medan magnet. Hasilnya, seperti dilaporkan Wired Science, lalat buah kembali memiliki kemampuan melihat medan magnet.
Sayangya pada manusia, cara kerja cryptochrome tidak seperti pada lalat. "Kami tidak tahu apakah kerja molekul itu sama pada retina manusia. Tapi kemungkinan itu ada," kata Steven Reppert, ahli saraf dari University of Massachusetts. Saat ini ilmuwan mengetahui bahwa cryptochrome pada manusia berfungsi sebagai jam molekul, bukan sebagai kompas.
Tapi para peneliti menduga bahwa nenek moyang manusia terbantu dengan adanya protein tersebut untuk menentukan arah. Jika suatu saat para peneliti berhasil mengembalikan kemampuan tersebut... selamat tinggal perangkat GPS.
"Tegon bisa bersinar di bawah sinar ultraviolet jika diberi antibiotik doxycycline," ungkap Lee Byeong-chun, ketua tim peneliti dari Seoul National University (SNU).
Tegon yang lahir pada 2009 memang bukan anjing hasil kloning pertama yang dihasilkan SNU. Pada 2005 ada Snuppy, yang lahir dari uji coba 2.000 sel telur yang kemudian tumbuh menjadi 1.000 embrio. Dari jumlah itu, hanya satu ekor Snuppy yang dihasilkan.
Proses yang sama kemudian diimplementasikan untuk membuat Tegon, seekor anjing betina jenis beagle (anjing pemburu kecil). Bedanya, Tegon adalah anjing hasil kloning pertama yang bisa bersinar dalam gelap dengan sinar berwarna hijau. Uniknya lagi, sinarnya bisa dihidupmatikan jika Tegon diberi antibiotik tertentu melalui makanannya.
Kemampuan menghidupkan dan mematikan gen warna ini penting artinya dalam penelitian. Ilmuwan bisa memonitor efek suatu zat yang ditambahkan pada gen tersebut. Sebagai contoh, gen beta-amyloid diketahui sebagai penyebab kerusakan fungsi saraf dalam penyakit alzheimer. Dengan menghidupkan gen tersebut lalu memonitor fungsi saraf setelahnya, dapat menghasilkan petunjuk tentang perkembangan alzheimer.
"Pembuatan Tegon membuka wawasan baru mengingat injeksi gen yang dapat membuat anjing ini bersinar bisa digantikan dengan gen-gen penyebab penyakit-penyakit fatal pada manusia," kata Byeong-chun. Penelitian ini sengaja menggunakan anjing sebagai hewan percobaan karena terdapat sekitar 268 penyakit yang sama-sama bisa diidap oleh manusia dan anjing.
Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal internasional Genesis. Ilmuwan menghabiskan waktu selama lima tahun dan biaya penelitian sebesar 3,2 miliar won untuk membuat anjing dan melakukan berbagai uji coba yang diperlukan untuk keperluan verifikasi.
Jamur dari spesies Fomitiporia ellipsoidea itu berusia lebih dari 20 tahun. Tubuh buahnya berukuran panjang 10,85 meter, lebar 82-88 sentimeter, dan ketebalan 4,6-5,5 sentimeter. Berdasarkan tes kepadatan, jamur ini berbobot 400-500 kilogram dan mampu menyimpan 450 juta spora.
Penemuan jamur ini mematahkan rekor jamur terbesar yang sebelumnya ditemukan di Kew Garden, Inggris, pada tahun 2003. Kala itu, peneliti menemukan Rigidoporus ulmarius yang berdiameter 150 sentimeter dengan keliling lingkaran 425 sentimeter.
Penemuan luar biasa ini telah mengantarkan tim SMAN 48 Jakarta menjadi juara pada Kompetisi Think Quest International 2011 yang diikuti sekitar 33.000 orang dalam 7.603 tim dari 52 negara. Penyerahan hadiahnya akan dilakukan di San Fransisco Bay Area, Amerika Serikat, Oktober 2011.
Penemuan plastik kentang ini berawal dari coba-coba dan sekadar mengaplikasikan teori yang mereka dapat di sekolah.
Bentuk, desain, dan ketebalan plastik yang mereka buat belum terukur secara jelas. Namun, temuan mereka telah membuka cakrawala baru bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Elastisitas plastik yang mereka buat dengan bahan dasar kentang ini sangat mirip dengan plastik pabrikan.
Selain berhasil membuat plastik dari kentang yang mereka sebut bioplastik, tim yang terdiri dari Villa Yohana (16), Muhammad Labib Nauvaldi (16), Ikhsan Habibi (15), Tuwendy (16), Faisal Arsya (16), dan Ben Hadi Pratama (15)—keenamnya kini duduk di kelas XI jurusan IPA—ini juga membuat kertas berbahan baku pelepah bambu.
Kertas yang dihasilkan dari pelepah bambu itu nyaris sama dengan kertas daur ulang yang sering kita lihat: berwarna coklat dan memiliki serat yang tebal.
Menurut Ben Hadi Pratama, anggota tim, ide awal membuat kertas dari bambu berasal dari Villa dan ide pembuatan plastik dari kentang ditawarkan oleh Labib.
"Awalnya, kami masih tanda tanya, apa benar bisa, soalnya hanya berdasar teori dan literatur. Lalu, kami praktikkan sekaligus melakukan penelitian atas prosesnya. Kalau berhasil kenapa, kalau tidak berhasil kenapa," kata Ben yang diiyakan kelima temannya. Dari situlah mereka menyempatkan diri tiap hari berkutat di laboratorium kimia sekolah mereka dan akhirnya berhasil.
Proses pembuatan plastik dari kentang dan pembuatan kertas dari pelepah bambu ini ternyata tidak terlalu rumit dan bisa dilakukan di rumah. Kepada Warta Kota, tim ini sempat menunjukkan dan mempraktikkan cara pembuatannya di laboratorium kimia sekolah.
Proses pembuatan plastik kentang
Untuk membuat plastik dari kentang, beberapa kentang mentah dicuci bersih, lalu diparut hingga agak halus. Parutan kentang itu dicampur air secukupnya dan diulek agar lebih halus. Setelah itu, parutan kentang disaring untuk membuang airnya sehingga hanya tersisa endapan putih, yakni sari pati kentang.
Sari pati kentang ini lalu dicuci lagi dan kembali disaring. Tunggu hingga mengendap. Endapan berupa tepung pati kentang ini lalu dicampur HCL atau asam cuka atau cuka dapur, gliserin, dan air secukupnya. Lalu, campuran pati kentang, HCL, gliserin, dan air ini dipanaskan di atas api sedang selama 15 menit sambil terus diaduk. "Nanti hasilnya akan seperti gel berwarna putih," kata Ben.
Gel dari sari pati kentang ini lalu ditetesi NaOH (natrium hidroksida) atau soda api, setetes demi setetes, lalu dites dengan ditempelkan ke kertas lakmus warna pink. Jika kertas lakmus itu berubah warna menjadi merah, tetesan soda api harus ditambah. "Sampai kertas lakmusnya berwarna biru atau hijau," kata Ben.
Jika gel yang ditetesi NaOH saat dites di kertas lakmus warna pink berubah menjadi biru atau hijau, gel ini siap menjadi plastik. Gel lalu siap dibentuk atau dituang di cetakan dan dijemur selama beberapa jam atau paling lama sehari sampai mengering. Setelah mengering, gel itu berubah menjadi plastik bening.
Kertas dari bambu
Proses pembuatan kertas dari pelepah bambu juga cukup sederhana. Pelepah bambu atau kulit pembalut batang bambu dicuci dan dipotong kecil-kecil, lalu dicampur dengan NaOH (natrium hidroksida) atau soda api dan direbus di atas api sedang selama dua jam. Sambil direbus, potongan pelepah bambu itu diaduk dengan pengaduk kayu. "Kalau pakai pengaduk berbahan metal, akan timbul sifat korosif, soalnya kan ada NaOH-nya," kata Vilia.
Setelah dua jam direbus, potongan pelepah bambu kembali dibersihkan dan dicuci, lalu dicampur dengan lem kertas secukupnya sambil diblender hingga menjadi bubur kertas. Bubur kertas ini siap dicetak dengan screen dan dibiarkan mengering beberapa jam. "Setelah kering, tinggal diambil dari screen dan jadilah kertasnya," tutur Vilia.
Kertas buatan Vilia dan kawan-kawan ini nyaris sama dengan kertas hasil daur ulang. Kertas mereka berwarna coklat dan memiliki serat yang tebal. "Kami sedang cari cara untuk membuatnya berwarna putih. Mungkin dicampur dengan pemutih baju atau klorin," katanya. Selain membuat kertas dari pelepah bambu dan bioplastik dari kentang, mereka juga menawarkan pembuatan kertas dari alga merah atau ganggang laut. "Kami tahu dari literatur bahwa kandungan seratnya tepat buat dijadikan kertas," ujarnya.
Perusahaan pemerintah Rusia, Energia, bekerja sama dengan Orbital Technologies membangun proyek hotel di luar angkasa yang akan mulai dibuka tahun 2016. Orbital Technologies merilis foto-foto hotel luar angkasa bernama Commercial Space Station (CSS) itu.
Hotel istimewa ini menawarkan pengalaman berlibur dan menginap di hotel, yang tak terlupakan. Anda akan bisa melihat pemandangan bumi serta matahari terbit dan tenggelam bersama enam rekan dari jarak 217 mil dari bumi.
Pesawat ini hanya mengakomodasi 7 orang penumpang. Bagi mereka disediakan sarana kamar vertikal atau horizontal yang dapat dipilih sendiri.
Diberitakan The Huffington Post, di hotel ini akan ada juga kamar mandi shower dan penyiram toilet yang tidak menggunakan air, melainkan menggunakan udara. Makanan yang disediakan yaitu sapi rebus dengan jamur, dan minuman es teh dan jus buah.
Untuk perjalanan lima hari di CSS, Anda harus menyiapkan biaya hampir US$1 juta atau setara dengan Rp8,5 miliar, yang terdiri atas biaya perjalanan Rp6,8 miliar dan biaya menginap di hotel sebesar Rp1,3 miliar.
Ingin lihat interior dan eksteriornya lebih banyak? Intip di situs Orbital Technologies.
http://teknologi.inilah.com/read/detail/1767551/inilah-gambar-gambar-hotel-luar-angkasa-css
Pusat penelitian rumah sakit Dharamshila, Delhi, India, meneliti tentang bahaya tembakau. Lembaga ini menyebutkan, konsumsi tembakau mengakibatkan kanker kepala dan leher.
“Hampir 50 persen kasus penyakit kanker kepala dan leher disebabkan oleh tembakau. Selama ini tembakau hanya dikenal sebagai penyebab kanker mulut dan paru-paru,” seperti dikutip dari The Hindu.
Penyakit kanker kepala dan leher bisa menyerang mulut, tenggorokan, sinus, lubang pernapasan, pangkal tenggorokan, dan kelenjar lidah. Kanker ini umumnya menyerang kaum pria usia di atas 50 tahun.
Sekitar 85% penderita adalah orang-orang yang sering mengkonsumsi alkohol dan perokok, atau bisa juga karena mulut kotor, gigi palsu yang tidak pas, serta menghirup dan mengunyah tembakau. Gejalanya antara lain munculnya benjolan pada leher (getah bening), perubahan suara, luka dan bengkak pada mulut, pendarahan, kesulitan menelan atau bernafas, dan sakit telinga.
sumber : http://teknologi.inilah.com/read/detail/1767589/hati-hati-tembakau-akibatkan-kanker-leher
Penemuan ini bisa dikatakan tak direncanakan. Zhou hanya memenuhi tantangan koleganya yang mengatakan bahwa tak ada yang bisa mengetahui penyusun nyala lilin.
"Kolega universitas lain mengatakan, pasti tak ada yang tahu penyusun nyala lilin. Saya bilang, saya percaya sains dan bisa menjelaskan semua, jadi saya berusaha menemukan," kata Zhou.
Hasilnya mengejutkan. Ternyata ada 1,5 juta nanopartikel berlian dalam nyala lilin tiap detik. Ukuran partikel berlian sangat kecil. Susunan 300.000 partikelnya cuma akan menghasilkan bentuk seukuran kepala pin.
Untuk mengetahui adanya partikel berlian itu, Zhou mengembangkan penyaring yang bisa memisahkan partikel dari pusat nyala lilin bersuhu 1.400 derajat celsius, kemudian mengevaluasinya.
Selain berlian, nyala lilin ternyata juga mengandung empat jenis senyawa karbon yang berbeda, termasuk grafit, jenis senyawa karbon yang biasa dipakai sebagai bahan baku mata pensil.
Penemuan berlian di nyala lilin berpotensi menyediakan "lahan" tambang baru untuk mendapatkannya. Cincin atau kalung berlian bisa dibuat dengan cara membakar lilin nantinya. "Sayangnya, partikel berlian terbakar dalam proses, menghasilkan CO2," kata Zhou memupuskan harapan.
Walau demikian, ia mengatakan, penemuan ini akan mengubah cara manusia memandang nyala lilin. Ia mengatakan tak usah khawatir, mungkin nanti ada penelitian yang bisa memberi solusi.
Yang jelas, seperti dikutip Daily Mail, Kamis (18/8/2011), Zhou kini akan meneliti api barbeque, apakah juga mengandung berlian.
Penemuan ini seperti mengingatkan kita pada kuliah kimia oleh Michael Faraday pada tahun 1860 di Inggris. Ia mengatakan, nyala lilin memiliki keindahan emas, perak, dan berlian. Kini diketahui, memang ada berlian dalam nyala itu.
sumber : http://sains.kompas.com/read/2011/08/19/16200490/Nyala.Lilin.Ternyata.Mengandung.Berlian
Perangkat keyboard komputer mengalami banyak kemajuan, modifikasi, dan inovasi. Mulai dari fisik keyboard dengan tombol-tombol, sampai keyboard virtual yang terintergasi di monitor berteknologi touch screen.
Dan sekarang ada keyboard bentuk lain, yang tak berwujud fisik ataupun virtual, melainkan laser. Alat berbentuk kotak ini berfungsi sebagai proyektor pemancar sinar laser.
Sinar-sinar laser warna merah yang dipancarkannya memproyeksikan gambar keyboard pada meja atau permukaan datar apapun. Dan karena sinar lasernya terang, maka keyboard ini bisa digunakan untuk mengetik di kegelapan. Lihat videonya di bawah ini
Keyboard ini dapat disambungkan ke iPhone, iPad, dan smartphone atau laptop, dengan menggunakan bluetooth. Alat ini bekerja dengan tenaga baterai 700mAh built-in, yang harus diisi ulang dengan kabel USB. Sekali charge, bisa untuk mengetik selama 150 menit.
Alat ini dijual di thinkgeek dengan harga Rp1,4 juta.
sumber : http://teknologi.inilah.com/read/detail/1767573/keyboard-canggih-dari-laser
Saat berada di kebun binatang di Tokyo seperti ditulis Dailymail, orangutan ini terekam sedang mencelupkan handuk ke kolam air dan mengelapkannya ke wajahnya. Hal ini membuktikan betapa cerdik primata ini mengalahkan hawa panas.
Menariknya, sebelum mengelap muka dengan handuk, setelah primata ini mencelupkan handuknya ke kolam, ia memerasnya terlebih dahulu serupa cara manusia. Memanjakan diri, orangutan ini tampak sangat menikmati kegiatannya tersebut.
Saat itu, perilaku unik primata ini berhasil menarik perhatian para pengunjung kebun binatang. Kini video itu berhasil menghibur semua orang di dunia maya.
sumber : http://teknologi.inilah.com/read/detail/1767450/terekam-kamera-cerdasnya-orangutan-hadapi-panas
Ilmuwan University College London menemukan, dalam hal seberapa tinggi posisi manusia, ruang ‘peta’ internal otak mengejutkannya sangat datar. Dalam penelitian hewan seperti dilaporkan UPI, peneliti meneliti dua jenis sel otak.
Sel-sel otak itu dikenal menciptakan representasi ruang otak. Sel jaringan mengukur jarak dan sel tempat mengindikasikan lokasi. Pada hewan, hanya sel tempat yang sensitif pada peningkatan ketinggian hewan.
“Implikasinya, indera ruang internal manusia cukup datar. Manusia hanya sensitif pada apa yang berada di ruang horizontal,” ujar pemimpin studi Kate Jeffery.
Temuan mengejutkan ini memiliki dampak pada situasi saat orang harus bergerak bebas di semua tiga dimensi.
Misalnya pada penyelam, pilot dan astronot. "Nampaknya, pengetahuan ketinggian otak tak sedetail informasinya mengenai jarak horizontal yang sangat spesifik,” ujarnya.
Hasil studi ini diterbitkan di jurnal Nature Neuroscience.
sumber : http://teknologi.inilah.com/read/detail/1767509/alasan-manusia-takut-berada-di-ketinggian